top of page

BNT162b2


BNT162b2 adalah kandidat vaksin COVID-19 berbasis mRNA yang dikembangkan oleh BioNTech (Perusahaan Bioteknologi Jerman) dan Pfizer (Perusahaan farmasi multinasional Amerika).


1. Kemanjuran BNT162b2

Pada tanggal 18 November 2020, Pfizer dan BioNTech mengeluarkan siaran pers menutup studi tahap 3 kandidat vaksin COVID-19. Analisis kemanjuran menunjukkan BNT162b2 95% efektif melawan COVID-19 dimulai 28 hari setelah dosis pertama. Kemanjuran konsisten di seluruh usia, jenis kelamin, ras, dan demografis etnis; Kemanjuran yang diamati pada orang dewasa di atas 65 tahun adalah lebih dari 94%.

Dari 43.000 peserta uji coba, 170 kasus terkonfirmasi COVID-19 dievaluasi, dengan 162 diamati pada kelompok plasebo versus 8 pada kelompok vaksin. Ada 10 kasus COVID-19 parah yang diamati dalam uji coba, dengan sembilan kasus terjadi pada kelompok plasebo dan satu pada kelompok divaksinasi BNT162b2.


2. Efek Samping BNT162b2

Data menunjukkan vaksin dapat ditoleransi dengan baik di semua populasi dengan lebih dari 43.000 peserta terdaftar; tidak ada masalah keamanan serius yang diamati; satu-satunya efek samping Tingkat 3 yang lebih besar dari 2% dalam frekuensi adalah kelelahan pada 3,8% dan sakit kepala pada 2,0%.


3. Pernyataan Dr. Anthony Fauci

Dr. Anthony Fauci, seorang dokter dan ahli imun Amerika yang bekerja sebagai direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) dan anggota utama Gugus Tugas Penanganan Virus Corona Gedung Putih, menyatakan bahwa proses kecepatan pembuatan vaksin sama sekali tidak membahayakan keselamatan dan juga tidak mengganggu integritas ilmiah. Usaha mengatasi kekhawatiran bahwa pengumuman vaksin mungkin didorong secara politis, ia menyatakan bahwa yang mengecek data adalah orang-orang independen yang tidak memiliki kesetiaan kepada siapa pun.


4. Mengapa Indonesia tidak memilih vaksin BNT162b2?

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, menerangkan vaksin ini erat kaitannya dengan masalah distribusi. Untuk penyimpanan vaksin BNT162b2, dibutuhkan suhu minus 70 derajat Celcius. Indonesia belum memiliki kemampuan seperti itu. Akan bahaya jika tidak disimpan di suhu yang seharusnya karena vaksinnya akan rusak sehingga berbahaya ketika diberikan kepada masyarakat. Sumber:

 
 
 

Comments


Twitter

Twitter

@salam.ftis

Instagram

Instagram

@salam_ftis

Youtube

Youtube

SALAM FTIS

Get in touch with us!

bottom of page