Resesi dan Faktor Penyebab, serta Akibatnya
- salam.ftis
- Oct 18, 2020
- 3 min read
Updated: Nov 23, 2020

Pada Selasa 22 September 2020 , menteri keuangan Sri Mulyani mengumumkan Indonesia akan mengalami resesi secara resmi pada akhir September.
Apa itu resesi
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun bertahun, tetapi umumnya selama dua kuartal berturut-turut yang tampak pada nilai PDB (Produk Domestik Bruto) yang negatif. Resesi ini diberlakukan hanya pada saat mendesak seperti adanya penurunan Gross Domestic Product atau secara sederhana bisa dibilang pendapatan Negara menurun secara drastis. Resesi juga dapat disebabkan oleh banyaknya pengangguran, penurunan penjualan ritel dan kontransi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama.
Faktor Penyebab Resesi
Secara lengkap, faktor penyebab resesi dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Inflasi
Inflasi seringkali dibutuhkan untuk perekonomian yang stabil, tetapi jika terlalu tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat sehingga jumlah barang dan jasa yang mampu dibeli masyarakat semakin sedikit yang membuat masyarakat membatasi pembelian mereka yang mempengaruhi juga tingkat pengangguran semakin meningkat.
b. Hilangnya kepercayaan dalam investasi
Jika para investor hilang ketertarikan dan kepercayaan dalam berinvestasi di Negara kita, hal ini berakibat pertumbuhan ekonomi melambat dan banyak produsen yang mengurangi volume produksi sehingga banyak perusahaan yang akan memecat sebagian karyawan mereka untuk mengurangi pengeluaran.
c. Deflasi
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, tetapi bukan berarti hal ini lebih baik dibanding dengan inflasi. Ketika harga barang dan jasa menurun , masyarakat menjadi lebih mudah untuk membelinya, akan tetapi masyarakat malah menunggu seluruh barang turun harganya terlebih dahulu pada titik paling rendah, sehingga mengakibatkan permintaan akan barang dan jasa menurun juga dan efeknya hampir sama dengan inflasi bahkan bisa lebih parah.
d. Suku Bunga Tinggi
Peningkatan suku bunga dilakukan untuk melindungi nilai mata uang, tetapi di sisi lain, peningkatan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kredit macet yang juga bisa menyebabkan ambruknya perbankan dan terjadilah resesi.
e. Kebijakan Pemerintah
Jika ada sesuatu yang terjadi pada negaranya ataupun pemerintahannya, maka pemerintah dapat mengambil kebijakan-kebijakan ekonomi yang memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya. Ketika kas Negara harus dikeluarkan dengan jumlah yang banyak untuk keperluan rakyatnya, maka pemerintah seringkali mengambil kebijakan ekonomi seperti resesi untuk membuat Negara masih mempunyai kas untuk mengelola negaranya ke depannya. Pada pandemi saat ini, pemerintah akhirnya mengambil kebijakan resesi.
Dampak Resesi
a. Tingkat PHK dan pengangguran meningkat
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance, Tauhid Ahmad menyebut dampak resesi adalah maraknya pemutusan hubungan kerja dan juga pekerja yang memiliki kontrak jangka pendek kemungkinan tidak diperpanjang. Terutama bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang hal-hal yang tidak mendesak seperti hiburan, barang branded , fashion, dan lain-lain. Bagi buruh-buruh yang bekerja di perusahaan besar, kemungkinan setengahnya pun akan di PHK sehingga sudah pasti angka pengangguran akan meningkat.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih karena pandemi Covid-19.
b. Masyarakat Rem Konsumsi
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia , Mohammad Faisal menjelaskan PHK terjadi di perusahaan karena permintaan atau konsumsi dari masyarakat secara drastis menurun. Konsumsi masyarakat bisa menurun karena masyarakat bawah daya belinya sudah pasti menurun dan orang menengah dan atas memiliki uangnya tetapi berwaspada dalam menggunakan uangnya.
c. Kemiskinan meningkat
Dengan meningkatnya angka pengangguran dan PHK, masyarakat tidak memiliki pendapatan tetap, tetapi kebutuhan sehari-hari harus tetap dipenuhi sehingga dapat dipastikan banyak yang akan mengalami kemiskinan .
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam situasi yang mencekam ini, kemungkinan pertambahan angka kemiskinan dapat mencapai 1,1 juta orang atau bisa lebih parah hingga 3,78 juta orang.
Sumber :
Comentarios